Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang diresmikan oleh
Presiden Ke-5 Republik Indonesia oleh Ibu Hj. Megawati Soekarno Putri pada
tanggal 17 Juni 2014 di bangun diatas lahan dengan lokasirumah sakit tidak jauh
dari Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Malang yaitu tepatnya di sebelah timur
terminal Landungsari.
Berdiri diatas tanah seluas 9 hektare dan memiliki bangunan
utama setinggi 6 lantai dan beberapa bangunan gedung penunjang setinggi 5
lantai dan gedung rawat inap setinggi 3 lantai. Bentuk bangunan yang megah dan
tertata rapi dengan ciri khas arsitektur tiongkok, menjadikan RS Universitas
Muhammadiyah Malang ini mudah dikenali oleh segala lapisan masyarakat.
Keberadaan RS UMM merupakan bagian dari layanan kesehatan
berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik
bagi seluruh pasien. Mengusung motto “pelayananku, pengabdianku” mendorong RS
UMM agar terus dan terus belajar meningkatkan layanan yang memuaskan masyara
MASJID KH M. BEDJO DARMOLEKSONO
Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa TimurMasjid bernuansa Tiongkok yang satu ini benar
benar istimewa, karena dibangun bukan oleh komunitas Muslim Tionghoa Indonesia
tapi justru dibangun oleh Universitas Muhammadiyah Malang. Ketika Universitas
Muhammadiyah Malang berencana membangun sebuah Rumah Sakit lengkap dengan
fasilitas Masjid, Rektorat UMM memutuskan untuk memprioritaskan pembangunan
masjid agar segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, dan setelah
beberapa kali berganti design ahirnya diputuskan untuk membangun sebuah masjid
dengan arsitektur Tiongkok.
Rektor UMM
Dr. Muhadjir Effendy, MAP memberi nama masjid itu dengan nama Masjid KH M.
Bedjo Darmoleksono, Nama seorang tokoh pelopor Muhammadiyah di Malang. Pada
saat artikel ini dibuat masjid ini belum genap berumur sebulan dan Lantai satu
masjid ini sementara waktu masih digunakan sebagai kantor Pengelola Rumah
Sakit.
Lokasi
Masjid
Masjid KH M.
Bedjo Darmoleksono terletak di dalam Komplek Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang di di Jl. Tlogomas, sekitar 500 meter dari kampus III
Universitas Muhammadiyah Malang.
Sejarah
Pendirian
Rektor UMM,
Dr. Muhadjir Effendy, MAP berharap agar keberadaan masjid ini akan menjadi
fasilitas untuk mendekatkan rumah sakit dengan masyarakat. Masjid yang sudah
lebih dulu selesai dibangun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Menurut
beliau membangun moral jauh lebih penting sebelum membangun fisik. Itulah hal
yang menjadi landasan utama kenapa pihak rektorat UMM lebih memprioritaskan
pembangunan masjid daripada pembangunan fisik Rumah Sakit.
Masjid RS
UMM ketika sedang dalam proses pembangunan
Dan tentu
saja pembangunan fisik Rumah sakit yang ukuran nya jauh lebih besar dengan
kompleksitas yang tinggi akan memakan waktu lebih lama sebelum dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Seluruh pembiayaan pembangunan Masjid
dan Rumah sakit UMM ini ditanggung sendiri oleh UMM meski tak menutup
kemungkinan bila ada investor yang berminat untuk menanamkan modal.
Pembangunan
Masjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama proyek pembangunan komplek
Rumah Sakit Universitar Muhammadiyah Malang pada tanggal 22 Juli 2009 oleh
Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Bambang Sudibyo.
Penggunaan
pertama kali Masjid ini dimulai dengan solat Jumat pada tanggal 24 September
2010 yang lalu. Sholat jum’at tersebut dihadiri ratusan jamaah yang terdiri
dari masyarakat sekitar, para pekerja bangunan RS dan sebagian pegawai UMM
memenuhi masjid berukuran sekitar 300 meter persegi berlantai tiga itu.
Sekretaris BPH UMM, Wakidi, menjadi khotib pertama di masjid itu.
Masjid di
komplek rumah sakit ini merupakan masjid ketiga yang dibangun oleh UMM. Dua
masjid lainnya terletak di kampus II UMM bernama Masjid Ad-Dakwah dan Masjid AR
Fahruddin di kampus III UMM. Masjid AR Fahruddin yang memiliki bangunan lima
lantai merupakan masjid kampus terbesar di Asia Tenggara.
Jamaah
Sholat Jum’at pertama di Masjid KH. M Bedjo Darmoleksono,
di Komplek
RSP Universitas Muhammadiyah Malang,
Propinsi
Jawa Timur.
Nama KH M.
Bedjo Darmoleksono pelopor Muhammadiyah di Malang ini diambil untuk memberi
spirit dakwah agar masjid tersebut memberi manfaat bagi masyarakat sekitar,
sebagaimana ketokohan Kyai Bedjo pada masanya.
Terkait
dengan perizinan pihak rumah sakit UMM tidak mau mengambil risiko ditolak warga
sekitar. Itulah sebabnya, sejak membebaskan lahan sekitar sembilan hektar, jauh
hari UMM sudah melakukan pendekatan dengan masyarakat. Respon warga pun sangat
positif mendukung. Semua perijinan dan
analisis lingkungan juga sudah dilakukan sebelum pembangunan dimulai.
Komplek
rumah sakit tempat dimana Masjid tersebut berada nantinya akan dijadikan pusat
pelayanan kesehatan yang menjangkau semua lapisan masyarakat. Dengan sistem
subsidi silang, masyarakat kurang mampu akan disubsidi untuk mendapatkan
pelayanan yang layak. Selain itu, RS UMM juga diharapkan menjadi pusat riset
medis untuk mengembangkan keilmuan
kedokteran,
keperawatan dan farmasi, pusat rehabilitasi sosial, bahkan tidak menutup
kemungkinan ada pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba.
Arsitektur
Masjid
Dipilihnya
arsitektur Tiongkok dengan tiga lapis atap masjid, menandakan bahwa UMM
bersifat terbuka, plural dan bisa belajar dari mana saja, termasuk ke negeri
China. Tiga lapis atap yang mirip masjid Muhammad Cheng Ho Pasuruan itu,
menandakan kekuatan Iman, Islam dan Ihsan.Masjid Kyai Bedjo memiliki struktur
bangunan yang khas. Gaya arsitekturnya meniru gaya Tionghoa, yang mengingatkan
kita pada bentuk bangunan masjid Muhammad Cheng Ho di Pasuruan. Filosofi yang
hendak dibangun dari bentuk bangunan itu, diambil dari anjuran Islam untuk
mencari ilmu hingga ke negeri Cina. Dengan demikian, siapapun yang melihat dan
berkunjung di masjid itu diharapkan bisa terinspirasi hadis nabi ‘tuntutan ilmu
sampai ke Cina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar